Makalah bahasa Arab : Anna dan sauaranya

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Kana Waahwatuha Kana dan saudara-saudaranya
Merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan, yakni bisa berarti terus menerus (istimror), bisa berarti menjadi, bisa berarti madhi (dulu). Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah sebagai fungsi waktu, sebagai fungsi untuk meniadakan, sebagai fungsi perubahan, sebagai fungsi terus menerus, Ssbagai fungsi jeda waktu.
Kanna dan saudara-saudaran bisa ngamal itu bisa melakukan atau menjadikan dan merofa’kan. Kana dan saudaranya berfungsi merafa’kanmubtada yang sekaligus sebagai isim kana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kana.
Contoh : وكا ن عهد ا لله مسو لا ( ا لا خر : ه ا ) Artinya : Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungjawaban.

(Q.S Al-Ahzab:15) و كا ن ا لله بما تعملو ن بصيرا ( ا لفتح : ) كا ن محمد جا لسا Dan adalah Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan

( Q.S. Al-Fath: 24) Muhammad duduk Bila Fi’il كَانَ(=adalah) atau kawan-kawannya memasuki sebuah Jumlah Ismiyyah maka Khabar yang asalnya Isim Marfu’ akan menjadi Isim Manshub. Jumlah tanpa Kana Jumlah dengan Kana اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ كَانَ الْبَيْتُ كَبِيْرًا (=rumah itu besar) (=adalah rumah itu besar) اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ جَمِيْلٌ ظَلَّ الْبَيْتُ كَبِيْرًا جَمِيْلاً (=rumah itu besar lagicantik) (=jadilah rumah itubesar lagi cantik) مُحَمَّدٌسَعِيْدٌ مَا زَالَ مُحَمَّدٌ سَعِيْدًا (=Muhammad bahagia) (=Muhammad senantiasa bahagia) B. Fi’il Tsulasi mazid ruba’i Sebagaimana kita pelajari juga sebelumnya,bahwa bentuk dasar kalimah fi’il itu ada dua,fi’il tsulasi (fi’il bangsa tiga huruf) dan fi’il Ruba’i (fi’il bangsa empat huruf). Masing –masing dari tsulasi dan ruba’i tersebut ada yang mujarrod,artinya tidak ada huruf tambahan pada fi’il madlinya. Kemudian ada yang Mazid,artinyapada tsulasi dan rubai tersebut ada tambahan huruf,sehingga dinamakan fi’il tsulasi mazid atau fi’il ruba’i mazid, Fi’il Tsulatsi Mazid: Ada yang ditambah satu huruf, seperti أَفْعَلَ (dengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’ Fi’il). فَاعَلَ (ada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). فَعَّلَ (ada tambahan ‘Ain, menjadi double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i. Ada yang ditambah dua huruf, seperti تَفَاعَلَ (tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). انْفَعَلَ (tambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il). تَفَعَّلَ (tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). افْتَعَلَ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Ta’ diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). افْعَلَّ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi. Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: اسْتَفْعَلَ (ditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il). افْعَالَّ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif sebelum ‘Ain Fi’il dan Double Lam). افْعَوْعَلَ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum Lam Fi’il). افْعَنْلَلَ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Lam sesudah Lam Fi’il). افْعَنْلَى (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Alif Layyinah sesudah Lam Fi’il). افْعَوَّلَ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau sebelum Lam Fi’il). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi.  

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kana dan Saudara-Saudaranya
  Bagian pertama dari nawasikh ibtida, ialah kaana dan akhwatnya. Kemudian perlu diketahui, bahwa mubtada itu kadang-kadang dinasakh oleh fiil kaana, zhonna, Inna beserta akhwatnya masing-masing. Kaana dan akhwatnya merupakan salah satu dari amil nawasikh. Amil nawasikh ialah amil baik fiil maupun huruf yang merusak susunan jumlah ismiyah. Menurut kesepakatan ahli nahwu kaana dan saudara-saudaranya merupakan fiil, kecuali lafadz laisa. Kebanyakan ahli nahwu berpendapat bahwa laisa adalah fiil. Akan tetapi al farisi dan Abu Bakar ibnu Syukair mengatakan bahwa laisa adalah huruf. Kana dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
Contoh: مُحَمَّدٌغَنِيٌّ (muhammadun goniyyun)=Muhammad itu kaya.
Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari mubtada dan khobar. Ketika kemasukan kaana dan saudara-saudaranya pada jumlah tersebut maka menjadi كَانَمُحَمَّدٌغَنِيّاً (kaana muhammadun goniyyan)=dahulu Muhammad itu kaya. Dari hal ini, I’rob dari kalimat مُحَمَّدٌ adalah marfu’ dengan tanda dhommah, karena isim mufrod, sebagai isim kaana. Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan, yakni :
1. Bisa berarti terus menerus (istimror) Contoh: وَكَانَاللهُغَفُورًارَحِيْمًا (wa kaanallahu gofuurorrohiimaa) Artinya : Allah senantiasa dzat yang maha pengampun lagi maha pengasih
2. Bisa berarti menjadi Contoh: كَانَوَجْهُهُمُسْوَدَّةً (kaana wajhuhu muswaddatan) Artinya wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram
3. Bisa berarti madhi (dulu) Contoh: كَانَعَلِيٌّمُجْتَهِدًا (kaana aliyyun mujtahidan) Artinya : Ali dahulunya adalah seorang mujtahid.

Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah :
1. Sebagai fungsi waktu : أَصْبَحَ (ashbaha)=waktu subuh أَضْحَى (adhha)=waktu dhuha ضَلَّ (dholla)=waktu siang أَمْسَى (amsa)=waktu sore بَاتَ (baata)=waktu malam Contoh: بَاتَالْوَلَدُنَائِمًا (baata alwaladu naaiman)=Anak itu tidur di malam hari الْوَلَدُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim بَاتَ.
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan : لَيْسَ (laisa)=bukan/tidak Contoh : لَيْسَالنَّجَاحُسَهْلاً (laisa annajaahu sahlan)=Kesuksesan itu tidaklah mudah النَّجَاحُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim لَيْسَ
3. Sebagai fungsi perubahan : صَارَ (shooro)=menjadi Contoh: صَارَمُحَمَّدٌشَابًّا (shooro muhammadun syaabban)=Muhammad telah menjadi seorang pemuda مُحَمَّدٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim صَارَ
4. Sebagai fungsi terus menerus : مَابَرِِحَ(maabariha)=senantiasa مَانْفَكَّ(manfakka)=senantiasa مَافَتِئَ(maafati`a)=senantiasa مَازَالَ(maazaala)=senantiasa Contoh: مَازَالَالْسَارِقُمُكَدِّرًا (maazaala assaariqu mukaddiron)=Pencuri itu senantiasa membuat resah الْسَارِقُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim مَازَالَ
5. Sebagai fungsi jeda waktu مَادَامَ (maadama)=selama Contoh: لاَتَخْرُجْمَادَامَالْيَوْمُمُمْطِرًا (laa takhruj maadama alyaumu mumthiron)=Jangan keluar selama hari masih hujan الْيَوْمُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim مَادَامَ

Catatan :
1. Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar kaana atau saudara-saudaranya sebagaimana ketentuan pada mubtada dan khobar .
2. Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats, maka kaana dan saudara-saudaranya juga berbentuk muannats. Hal ini karena kaana dan saudara-saudaranya merupakan fi’il. Contoh كَانَتْعَائِشَةُصَالِحَةً (kaanat ‘aisyatu sholihatan)= aisyah adalah wanita yang sholehah Pengalaman kana dan saudara-saudaranya adalah sebagai berikut : تَرْفَعُ كَانَ الْمُبْتَدَا اسْمَاً وَالْخَبَرْ تَنْصِبُهُ كَكَانَ سَيِّدَاً عُمَرْ Kaana merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya, dan kepada Khabar yakni menashabkannya, demikian ini seperti contoh: Kaana sayyidan ‘Umaru ).

B. Lafazh-Lafazh Saudara Kana
كَكَانَ ظَلَّ بَاتَ أَضْحَى أَصْبَحا أَمْسَى وَصَارَ لَيْسَ زَالَ بَرِحَا Adalah seperti Kaana (merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobarnya) yaitu lafazh: Zholla (menjadi di siang hari), Baata (menjadi di malam hari), Adh-ha (menjadi diwaktu dhuha), Amsaa (menjadi diwaktu sore), Shooro (menjadi), Laisa (tidak). Zaala (senantiasa), Bariha (senantiasa) فَتىء وَانْفَكَّ وَهذِي الأَرْبَعَهْ لِشِبْهِ نَفْي أوْ لِنَفْي مُتْبَعَهْ Fati-a (senantiasa) Infakka (senantiasa). Adapun yang empat ini (Zaala Bariha Fati-a Infakka) harus diikutkan pada nafi atau serupa nafi وَمِثْلُ كَانَ دَامَ مَسْبُوْقَاً بِمَا كَأَعْطِ مَا دُمْتَ مُصِيْبَاً دِرْهَمَاً Dan semisal Kaana (merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobar sebagai khobarnya) yaitu lafazh: Daama yg didahului dengan Maa mashdariyyah-zharfiyyah, seperti contoh: A’thi..! maa dumtu mushiiban dirhaman (berikan ia uang selama kamu punya) وَغَيْرُ مَاضٍ مِثْلَهُ قَدْ عَمِلاَ إِنْ كَانَ غَيْرُ الْمَاضِ مِنْهُ اسْتُعْمِلاَ Selain bentuk fi’il madhi (kaana dan sdr-nya) jelas beramal semisal fi’il madhinya, apabila selain bentuk fi’il madhinya dipergunakan. Pelarangan mendahulukan khobar pada “Laisa” adalah hukum yang dipilih. Saudara-saudara Kaana yang Tam, yaitu setiap yang cukup dengan marfu’nya saja (isimnya).

C. Fi’il Tsulatsi Mazid
Ialah kalimat yang fi’il madzinya terdiri dari empat huruf,yang tiga berupa hurufasal dan yang satu berupa huruf tambahan. Sedangkan huruf tambahan disini adakalanya berupa huruf yang sejenis dengan ‘ain fi’il (tasydid),hal ini terdapat pada bab (تفْعيلا) yang berwazan فَعَّلَ atau berupa alif yang ada diantara fa’ dan ‘ain fi’il,hal ini terdapat pada bab (مفاعلة) yang berwazan فَاعَلَ dan ada kalanya berupa hamzah Qotho’ yang ada permulaan,hal ini terdapat pada bab (افتَعلَ) yang berwazankan (أفْعلَ). Fi’il tsulatsy mazid ruba’i ialah kalimah yang fi’il madzinya terdiri dari 4 huruf, 3 berupa huruf asal ditambah 1 huruf tambahan. Adapun huruf tambahan tersebut berupa; hamzah qotho’, tadl’if dan alif. Fi’il tsulatsy mazid ruba’i ini terbagi atas 3 bab yaitu; فَعَّلَ، فَاعَلَ، اَفْعَلَ Bab I mengikuti wazan فَعَّلَ Pada bab ini fi’il tsulatsy mujarod di pindah wazan فَعَّلَ dengan menambah tadl’if pada ‘ain fi’ilnya, yang mempunyai beberapa faedah, diantaranya:
1. لِلتَّعْدِيَةِ yaitu menunjukkan arti (ta’diyah) merubah fi’il yang asalnya lazim menjadi muta’addi. Contoh: فَرَّحَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaed membahagiakan ‘amr). 2
. لِلدَّلاَلَةِ عَلَى التَّكْثِيْرِ yaitu menunjukkan makna banyak. Contoh: قَطَّعَ زَيْدٌ الْحَبْلَ (Zaed telah memotong-motong sebuah tali). 3
. لِنِسْبَةِ الْمَفْعُولِ اِلَى اَصْلِ الْفِعْلِ yaitu menunjukkan arti menyerupakan maf’ul pada asal fi’il. Contoh: كَفَّرَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaed telah mengkafirkan ‘amr).
4
. لِسَلْبِ اَصْلِ الْفِعْلِ مِن الْمَفْعُولِ yaitu menunjukkan arti menghilangkan asal fi’il dari maf’ul. Contoh: قَشَّرَ زَيْدٌ الْرُّمَّانَ (Zaed telah menguliti buah delima).
5. لاِتِّخَاذِ الْفِعْلِ مِن الاِسْمِ yaitu menunjukkan arti mencetak fi’il dari isim. Contoh: خَيَّمَ الْقَوْمُ (Para pengungsi letah membuat tenda). Bab II mengikuti wazan فَاعَلَ Pada bab ini fi’il tsulatsy mujarod di pindah wazan فَاعَلَ dengan menambah alif yang terletak antara fa’ dan ‘ain fi’il, yang mempunyai beberapa faedah, diantaranya: 1. لِلْمُشَاركَةِ بَيْنَ اِثْنَيْنِ yaitu menunjukkan arti persekutuan dalam pekerjaan antara fa’il dan maf’ul. Contoh: ضَارَبَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaed dan ‘amr saling memukul). 2. لِمَعْنَى فَعَّلَ الَّتِى لِلتَّكْثِيْرِ yaitu menunjukkan arti sama dengan wazan فَعَّلَ yang berfaedah makna banyak. Contoh: ضَاعَفَ اللهُ بِمَعْنَى ضَعَّفَ (Semoga Alloh melipat gandakan pahala atas dirinya). 3. لِمَعْنَى اَفْعَلَ الَّتِى لِلتَّعْدِيَةِ yaitu menunjukkan arti sama dengan wazan اَفْعَلَ yang berfaedah merubah fi’il yang asalnya lazim menjadi muta’addi. Contoh: عَافَاكَ اللهُ بِمَعْنَى اَعْفَاكَ (Semoga Alloh mengampuni kamu). 4. لِمَعْنَى فَعَلَ الْمجَرَّدِ yaitu menunjukkan arti sama dengan wazan فَعَلَ mujarrod. Contoh: سَافَرَ زَيْدٌ (Zaed telah bepergian). Bab III mengikuti wazan اَفْعَلَ Pada bab ini fi’il tsulatsy mujarod di pindah wazan اَفْعَلَ dengan menambah hamzah qotho’ di awal kalimat, yang mempunyai beberapa faedah, diantaranya: 1. لِلتَّعْدِيَةِ yaitu menunjukkan arti (ta’diyah) merubah fi’il yang asalnya lazim menjadi muta’addi. Contoh: اَكْرَمَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaed telah memuliakan ‘amr). 2. لِلدُّخُوْلِ فِى الشَّيْءِ yaitu menunjukkan arti masuk ke dalam sesuatu/masa/waktu. Contoh: اَمْسَى الْمُسَافِرُ (Seorang musafir telah masuk waktu sore). 3. لِقَصْدِ الْمَكَانِ yaitu menunjukkan arti fa’il menuju pada suatu tempat/asal fi’il. Contoh: اَعْرَقَ زَيْدٌ (Zaed menuju tanah Iraq). 4. لِوُجُوْدِ مَا اِشْتُقَّ مِنْهُ الْفِعْلُ فِى الْفَاعِلِ yaitu menunjukkan arti terbentuknya fi’il pada asal fa’il. Contoh: اَوْرَقَ الشَّجَرَ (Pohon itu telah tumbuh daunnya). 5. لِلْمُبَالَغَةِ (mubalaghoh) yaitu menunjukkan arti berlebih-lebihan ma’na yang ditunjukkan fi’il. Contoh: اَسْغَلْتُ عَمْرًا (Saya sangat menyibukkan ‘amr). Dinamakan fi’il tsulasi mazid ruba’i (sebangsa empat huruf ) karena asalanya tiga huruf kemudian mendapat tambanhan satu huruf sehingga berjumlah empat huruf. Adapun tsulasi muarrod di pindah pada wazan فَعَّلَ dengan menambahkan tasyid (mendobel) pada ‘ain fi’il mempunyai beberapa faedah diantaranya : 1. LIT-TA’DIYAH /memuta’addikan fi’il lazim Menunjukkan ma’na Ta’diyah (ta’diyah ialah membutuhkannya fi’il pada maf’ul, sasaran atau obyek) Contoh: فَرَّحَ زيد عمرا FARROHA ZAIDUN ‘AMRON “Zaid MENGGEMBIRAKAN ‘Amar”. (bentuk asal fi’il lazim FAROHA = gembira) 2. LIT-TAKTSIR/menunjukkan ma’na memperbanyak (memperbanyak fa’il asal fi’il) Contoh: قطع زيد الحبل QOTHTHO’A ZAIDUN AL-HABLA “Zaid memotong-motong tali” (menjadiakannya banyak potongan. Bentuk asal fi’il QOTHO’A=memotong 1 potongan) 3. LIN-NISBAH/menisbatkan maf’uul (objek) pada bentuk asal fi’il. atau memberi hukuman maf’ul dengan asal fi’il Contoh: كفر زيد عمرا KAFFARO ZAIDUN ‘AMRON “Zaid mengkafirkan ‘Amar” (menisbatkannya pada bentuk asal fiil KAFARO=kafir) 4. LI SALBI/membuang bentuk asal fi’il dari objeknya (maf’ulnya) Contoh: قشر زيد الرمان QOSYSYARO ZAIDU AR-RUMMAANA “zaid menguliti buah delima” (yakni membuang kulitnya, bentuk asal fi’il QOSYIRO=berkulit) 5. LI ITTIKHAD LIL-FI’LI MINAL-ISMI /menjadikan fi’il dari isim. Menunjukkan arti mencetak kalamah fi’il (kata kerja) dan kalimah isim (kata benda) yang mana pencetakan ini menimbulkan arti membuat atau mendirikan Contoh: خيم القوم KHOYYAMA AL-QOUMU “Kaum itu berkemah” (yakni, mereka mendirikan dan tinggal di kemah, asal bentuknya kalimah isim yaitu KHIYAAM=kemah).  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Psikologi Perkembangan Masa Pranatal

Makalah Maf'ul Mutlaq dan Ma'ul Ajalah

Daftar isi