Sejarah Islam Indonesia

DAFTAR ISI COVER..................................................................................................i DAFTAR ISI 1 Kata Pengantar 1 BAB I 3 Pendahuluan 3 I. 1 Latar Belakang 3 I. 2 Rumusan Masalah 3 I. 3 Tujuan 3 BAB II 4 Pembahasan 4 II. 1 Asal Mula Masuknya Islam di Nusantara 4 II. 2 Peta Penyebaran Islam di Nusantara 9 II. 3 Penjelasan Peta Penyebaran Islam di Nusantara 9 1. Kedatangan islam ke aceh 9 2. Sumatara Selatan 9 3. Sumatra Utara 11 4. Jawa Timur 12 5. Maluku 12 6. Kalimantan Timur 13 7. Kalimantan Selatan 13 8. Sulawesi Selatan 14 BAB III 15 PENUTUP 15 III1. Kesimpulan 15 III2. SARAN 15 DAFTAR PUSTAKA 16 Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, serta Hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Peta Geografis Islam di Indonesia” tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini dibuat penyusun untuk memenuhi tugas Studi Islam di Indonesia. Penyusun mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini . Semoga bantuan yang diberikan diberi balasan yang baik dari yang Maha Kuasa. Penyusun sadar bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada makalah ini. Untuk itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran dari para pembaca jika menemukan kekurangan yang ada. Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Salatiga, 7 September 2017 Penyusun BAB I Pendahuluan Latar Belakang Muslim yang melakukan aktivitas perdagangan hingga ke wilayah ini. Karena mereka bukan merupakan ulama atau dai yang mengkhususkan diri untuk menyebarkan Islam, maka perkembangan Islam di Nusantara pada awalnya juga berlangsung relatif lambat. Walaupun para pedagang dari Timur Tengah telah melalui Selat Melaka sejak sebelum munculnya Islam di Jazirah Arab, Islam tersebar di Nusantara dalam waktu yang relatif lambat. Hal ini disebabkan faktor jarak yang jauh antara pusat pertumbuhan Islam di Jazirah Arab dengan wilayah Nusantara. Sebagaimana Geoffrey Blainey menggambarkan betapa tirani jarak (tyranny of distance) telah membentuk sejarah negerinya, Australia, tirani jarak juga sebetulnya ikut membentuk sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Pengaruh budaya dan agama Islam yang masuk dan menyebar ke Indonesia telah melalui perjalanan sejarah yang panjang. Pengaruh ini dibawa oleh pada pedagang muslim dari Gujarat, Persia, dan Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dan dakwah syiar Islam di Aceh Utara (Samudera Pasai) dan Malaka sejak abad ke 7 Masehi. Setelah diawali dari wilayah tersebut, pengaruh Islam lantas menyebar ke beberapa daerah di Indonesia seiring sejalan dengan jalur aktivitas perdagangan dan pelayaran yang dilalui para pedagang. Rumusan Masalah Bagaiman asal mula masuknya islam di Nusantara ? Bagaimana peta penyebaran islam di Nusantara ? Bagaimana penjelasan peta penyebaran islam di Nusantara ? 3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui asal mula masuknya islam di Nusantara Mahasiswa dapat mengetahui peta penyebaran islam di Nusantara Mahasiswa dapat mengetahui penjelasan peta penyebaran islam di Nusantara BAB II Pembahasan Asal Mula Masuknya Islam di Nusantara Asal mula masuknya Islam ke Indonesia  dan dari daerah atau negara mana Islam datang, banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli sejarah.Pertama, Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah atau abad ke-7. Di antara ilmuwan yang menganut teori ini adalah, J.C. Van Leur, Hamka, Abdullah bin Nuh, D. Shahab dan T.W Arnold. Menurut J. C. Van Leur, pada tahun 675 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan Arab Islam. Dengan pertimbangan bangsa Arab telah mendirikan perkampungan perdagangannya di Kanton pada abad ke-4. Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan pada tahun 618 M dan 628 M. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perkampungan perdagangan ini mulai mempraktikan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Hal tersebut bukan saja dibuktikan oleh sudah adanya perkampungan perdagangan Arab di pantai Barat Sumatera, tetapi oleh tulisan-tulisan yang dikarang oleh penulis-penulis Arab yang mengindikasikan bahwa mereka sudah sangat mengenal lautan Indonesia. Selain itu dijelaskan pula bahwa bangsa Arab telah mengenal pertambangan timah yang dikuasai oleh Zabaj, yang menurut Sir Thomas W. Arnold adalah Sriwijaya.[] Teori kedua, menyatakan bahwa Islam datang di Indonesia pada abad ke-13. Di antara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouck Hurgronje dan Bernard H. M. Vlekke didasarkan pada keterangan Marcopolo yang pernah singgah beberapa lama di Sumatera untuk menunggu angin pada tahun 1292 M. Ketika itu dia menyaksikan bahwa di Perlak -di ujung utara pulau Sumatera- penduduknya telah memeluk agama Islam. Namun dia menyatakan bahwa Perlak merupakan satu-satunya daerah Islam di Nusantara ketika itu.[] Adapun asal daerah Islam Indonesia, paling tidak ada tiga pendapat.Pertama, berasal dari India. Menurut Pijnapel, Islam Indonesia berasal dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar. Pendapat tersebut didukung oleh sejarawan Barat seperti, W. F. Stutterheim, J. C. Van Leur, T. W. Arnold Vlekke, Schrieke dan Cliford Geertz. Menurut W. F. Stutterheim dalam bukunya De Islam enZijn Komst in the Archipel, Islam di Indonesia berasal dari Gujarat dengan dasar batu nisan al-Malik al-Saleh yang wafat pada tahun 1297 M.  Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa relief nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Sementara itu, Bernard H. M. Vlekke dalam bukunya Nusantara: A History of Indonesia, mengatakan bahwa nisan al-Malik al-Saleh selain mempunyai kesamaan dengan yang ada di Cambay, juga diimpor dari sana pula, karena Cambay merupakan pusat perdagangan Islam abad ke-13. Pendapat tersebut diperkuat dengan kenyataan sejarah yang lain yaitu persamaan ajaran mistik Islam di Indonesia dengan yang berkembang di India.[] Kedua, berasal dari Benggali (sekarang Bangladesh). Pendapat ini dikemukakan oleh S. Fatimi, seorang guru besar asal Pakistan. Dengan bersandar kepada pendapat Marcopolo dan Tome Pires, S. Fatimi menyimpulkan bahwa Kerajaan Samudera Pasai pasti berasal dari Benggali. Hal ini dikuatkan dengan terjalinnya hubungan niaga Benggali dan Samudera Pasai sejak zaman purba. Menurut Tome Pires, di samudera Pasai sendiri. Ketiga, berasal dari Arab. Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syekh Muhammad Naquib al-Attas, dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan mayoritas tokoh-tokoh Islam Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka menuduh teori yang mengatakan Islam datang dari Gujarat adalah propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.[] Dari teori Islamisasi oleh Arab dan China, Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia, mengaitkan dua teori Islamisasi tersebut. Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Penyebarannya pun bukan dilakukan oleh para pedagang dari Persia atau India, melainkan dari Arab. Sumber versi ini banyak ditemukan dalam literatur-literatur China yang terkenal, seperti buku sejarah tentang China yang berjudul Chiu Thang Shu. Menurut buku ini, orang-orang Ta Shih, sebutan bagi orang-orang Arab, pernah mengadakan kunjungan diplomatik ke China pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah. Empat tahun kemudian, dinasti yang sama menerima delegasi dari Tan Mi Mo Ni’, sebutan untuk Amirul Mukminin. Selanjutnya, buku itu menyebutkan, bahwa delegasi Tan Mi Mo Ni’ itu merupakan utusan yang dikirim oleh khalifah yang ketiga. Ini berarti bahwa Amirul Mukminin yang dimaksud adalah Khalifah Utsman bin Affan. Pada masa berikutnya, delegasi-delegasi muslim yang dikirim ke China semakin bertambah. Pada masa Dinasti Umayyah saja, terdapat sebanyak 17 delegasi yang datang ke China. Kemudian pada masa Dinasti Abbasiyah, ada sekitar 18 delegasi yang pernah dikirim ke China. Bahkan pada pertengahan abad ke-7 Masehi, sudah terdapat perkampungan-perkampungan muslim di daerah Kanton dan Kanfu. Sumber tentang versi ini juga dapat diperoleh dari catatan-catatan para peziarah Budha-China yang sedang berkunjung ke India. Beberapa catatan lain menyebutkan, delegasi-delegasi yang dikirim China itu sempat mengunjungi Zabaj atau Sribuza, sebutan lain dari Sriwijaya. Mereka umumnya mengenal kebudayaan Budha Sriwijaya yang sangat dikenal pada masa itu. Kunjungan ini dikisahkan oleh Ibnu Abd al-Rabbih, ia menyebutkan bahwa sejak tahun100 hijriah atau 718 Masehi, sudah terjalin hubungan diplomatik yang cukup baik antara Raja Sriwijaya, Sri Indravarman dengan Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz. Lebih jauh, dalam literatur China itu disebutkan bahwa perjalanan para delegasi itu tidak hanya terbatas di Sumatera saja, tetapi sampai pula ke daerah-daerah di Pulau Jawa. Pada tahun 674-675 Masehi, orang-orang Ta Shi (Arab) yang dikirim ke China itu meneruskan perjalanan ke Pulau Jawa. Menurut sumber ini, mereka berkunjung untuk mengadakan pengamatan terhadap Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga, yang terkenal sangat adil itu. Pada periode berikutnya, proses Islamisasi di Jawa dilanjutkan oleh Wali Songo. Mereka adalah para muballig yang paling berjasa dalam mengislamkan masyarakat Jawa. Dalam Babad Tanah Djawi disebutkan, para Wali Songo itu masing-masing memiliki tugas untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Jawa melalui tiga wilayah penting. Wilayah pertama adalah, Surabaya, Gresik, dan Lamongan di Jawa Timur. Wilayah kedua adalah, Demak, Kudus, dan Muria di Jawa Tengah. Dan wilayah ketiga adalah, Cirebon di Jawa Barat. Dalam berdakwah, para Wali Songo itu menggunakan jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni melekatkan nilai-nilai Islam pada praktik dan kebiasaan tradisi setempat. Dengan demikian, tampak bahwa ajaran Islam sangat luwes, mudah dan memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa. Selain berdakwah dengan tradisi, para Wali Songo itu juga mendirikan pesantren-pesantren, yang digunakan sebagai tempat untuk menelaah ajaran-ajaran Islam, sekaligus sebagai tempat pengaderan para santri. Pesantren Ampel Denta dan Giri Kedanton, adalah dua lembaga pendidikan yang paling penting di masa itu. Bahkan dalam pesantren Giri di Gresik, Jawa Timur itu, Sunan Giri telah berhasil mendidik ribuan santri yang kemudian dikirim ke beberapa daerah di Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia Timur lainnya.[] Proses masuknya Islam ke Indonesia ini (saluran Islamisasi) melalui berbagai pendekatan. Sedikitnya ada enam pendekatan yang dikemukakan oleh Uka Tjandrasasmita, yaitu: pendekatan perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Pendekatan perdagangan ini sangat menguntungkan karena diikuti oleh kaum elit/bangsawan yang ada pada waktu itu. Jalur lain adalah tasawuf, yaitu proses Islamisasi dengan mengajarkan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai dan budaya bahkan ajaran agama yang ada ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Kemudian melalui jalur kesenian dengan mengambil seni yang pada waktu itu sangat digemari rakyat dengan mengubah ke nuansa yang lebih Islami. Barangkali cara ini yang sering digunakan oleh Sunan Kalijaga seperti kesenian wayang. Islamisasi juga dengan menggunakan pendekatan politik, yaitu dengan mengislamkan para raja terlebih dahulu. Hal ini karena pengaruh raja -secara politis- banyak menarik penduduk untuk masuk Islam. Sebagaimana yang terjadi di Jawa, Maluku, Sumatera, dan Kalimantan. Dan yang terakhir, melalui jalur pendidikan, yaitu dengan mendirikan pesantren yang kemudian disusul penyebarannya oleh para santri yang telah lulus dari pesantren.[] Peta Penyebaran Islam di Nusantara (gambar 1.1. Peta Penyebaran Islam di Nusantara) Penjelasan Peta Penyebaran Islam di Nusantara Kedatangan islam ke aceh Islam memang mulai masuk di pesisir Aceh Utara atau tepatnya di wilayah Kerajaan Samudera Pasai sejak abad ke 7 Masehi. Akan tetapi, pengaruhnya baru mulai dirasakan cukup besar setelah tahun 1285 setelah Samudera Pasai menjadi sebuah pusat perdagangan di wilayah Semenanjung Asia Tenggara. Saat itu, Samudera Pasai bahkan telah menjadi sebuah kerajaan bercorak Islam yang cukup besar. Selain Samudera Pasai, Pelabuhan Malaka juga telah memperoleh pengaruh Islam setelah mulai dikunjungi oleh para Pedagang Muslim. Sumatara Selatan Palembang yang terletak di tepi sungai Musi merupakan kerajaan yang cukup penting. Pelabuhan Palembang banyak dikunjungi oleh kapal-kapal niaga terutama dari Jawa, Madura, Bali dan Sulawesi. Kapal-kapal ini membawa beras, garam, dan bahan pakaian : dan membawa pulang lada dan timah dari Palembang.[] Keterlibatan orang-orang Islam dalam politik baru terlihat pada abad ke-9 M, ketika terjadi pemberontakan petani Cina kepada kaisar Hi Tsung (878-889 M). pada saat itu para petani dibantu  oleh orang-orang Islam dan akibatnya banyak orang Islam terbunuh dan ada juga yang melarikan diri ke Kedah (wilayah Sriwijaya dan Palembang). Apabila kerajaan sriwijaya pada abad ke 7 sampai abad ke 12 dibidang ekonomi dan politik masih menunjukan kemajuan, maka sejak akhir abad ke-12 mulai menunjukan kemundurannya yang prosesnya terbukti pada abad ke-13. Tanda-tanda kemunduran Sriwijaya di bidang perdagangan mungkin dapat dihubungkan dengan beritaChou Ku-Fei tahun 1178, dalam Ling-Wai-Tai-Ta yang menceritakan bahwa barang persediaan barang-barang perdagangan di Sriwijaya mahal-mahal, karena negeri itu tidak lagi menghasilakan hasil-hasil alamnya. Untuk mencegah kemunduran kerajaan sriwijaya maka kerajaan tersebut membuat peraturan Cukai yang lebih berat lagi bagi pedagang-pedagang asing yang singgah dipelabuhannya. Apabila para pedagang asing itu berusaha menghindari pelabuhannya, maka dipelabuhan-pelabuhan lainnya mereka dipaksa berlabuh oleh penguasa-penguasa setempat. Dengan demikian, maka pedagang asing tujuannya berlayar ke Cina mengalami berbagai rintangan. Persedian keperluan untuk pelayaran dan perdagangan yang lebih jauh sudah diambil dipelabuhan-pelabuhan yang dikuasi kerajaan Sriwijaya. Jadi, usaha yang dilakukan Sriwijaya dalam mengatasi kemundurannya dengan memerlakukan kebijakan baru mengenai dengan menaikan cukai terhadap kapal-kapal dagang tidak membuahkan hasil yang diinginkan kerajaan Sriwijaya, bahkan kebijakan tersebut memperpuruk keadaan ekonomi kerajaan Sriwijaya hal ini disebabkan karna para pedagang sering kali mengindari pelabuhan Sriwijaya. Akibat kemunduran tersebut banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang menyatakan melepaskan diri dari kerajaan tersebut hal ini semakin melemahkan keadaan Sriwijaya. Sejalan dengan kelemahan yang dialami kerajaan Sriwijaya mereka para pedagang muslim lebih berkesempatan untuk mendapatkan barang dagang dan keuntungan politik. Mereka menjadi pendukung daerah-daerah yang muncul dan ada yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam memperkirakan pada abad ke-13 akibat dari proses Islamisasi daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang muslim sejak abad ke-7,8, dan seterusnya. Daerah yang diperkirakan masyarakatnya sudah banyak memeluk Islam ialah Perlak, seperti kita ketahui dari berita Marco Polo yang singgah di daerah itu pada tahun 1292 M. Sumatra Utara Samudera, sebelum kedatangan dan proses penyebaran Islam, hanyalah sebuah kampong (gampong) yang dipimpin oleh seorang kepla suku. Kampong tersebut telah menjadi tempat persinggahan para pedagang. Sejak abad ke 7 perkampungan ini sudah didatangi para pedagang Muslim. Kota ini kemudian menjadi pusat kerajaan Islam Samudera Pasai. Jumlah penduduk di kota tersebut, berdasar laporan Tome Tires ketika dating lebih kurang 20.000 orang.[] Kemudian munculnya kerajaan Samudra Pasai dapat kita hubungan dengan kondisi politik kerajaan Sriwijaya yang mulai menunjukan kelemahannya, sehingga kurang mampu menguasai daerah kekuasannya. Situasi ini dipergunakan oleh orang-orang Muslim, tidak hanya membentuk perkampungan perdaganan yang bersifat ekonomis, tetapi juga untuk membentuk struktur pemerintahan yakni dengan mengangkat Marah silu, kepala suku Gampong Samudra, menjadi sultan Malik Al-Shalih.[] Demikian situasi politik kerajaan-kerajaan di daerah Sumatra ketika pengaruh Islam datang kedaerah-daerah itu. Akibat hubungan lalu lintas melalui selat Malaka dengan Samudra Pasai sebagai salah satu pusat persinggahannya maka sampailah Islam ke Senanjung Melayu yaitu ke Trengganu dimana ditemukan batu yang bertulisan huruf Arab - Melayu atau Jawi 1303 M. bahasanya Melayu campur Sangsekerta dan Arab. Demikian pula Malaka pada abad 14 M muncul sebagai pusat pelayaran dan perdagangan kaum muslim. Jawa Timur Kedatangan dan penyebaran Islam di pulau Jawa mempunyai aspek-aspek, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Sebagaimana dikatakan bahwa karna situasi dan kondisi politik di Majapahit yang lemah karna perpecahan dan peperangan di kalangan keluarga Raja-raja dalam perebutan kekuasaan. Maka kedatangan dan penyebaran islam makin dipercepat. Bupati-bupati pesisir merasa bebas dari pengaruh kekuasaan raja-raja Majapahit, mereka makin lama makin yakin akan kekuasaannya sendiri di bidang ekonomi didaerah-daerahnya. Daerah pesisir merasa makin lama makin merdeka, justru oleh karena kelemahan pendukung-pendukung kerajaan yang sedang mengalami keruntuhan. Perjuangan antara kota-kota perdagangan dipesisir dengan daerah-daerah agraris diperdalaman sedang dimulai. Perkembangan ekonomi dan politik mempunyai tujuan sendiri dan memalui bupati-bupati pesisir yang memluk agama Islam maka agama menjadi kekuatan baru dalam proses perkembangan masyrakat.[] Maluku Kedatangan Islam ke Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan internasional antara Malaka, Jawa dan Maluku. Dari persisir Utara Jawa para pedagang muslim itu mendatangi tempat-tempat perdagangan Indonesia dibagian Timur yaitu pulau-pulau Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya. Maluku sejak abad ke 14 sudah didatangi orang muslim raja Ternate yang ke-12 yaitu Molomateya (1350-1357 M). Sedang pada masa pemerintahan Marhum di Ternate, seorang yang bernama Maulana Husen datang kedaerah itu ia mempertunjukan kemahirannya dalam hal menulis huruf arab dan membaca al-Qur;an sehingga menarik perhatian penguasa rakyat Malauku. Raja Ternate waktu itu sudah memeluk Islam yang bernama Sultan Bom Acorala dan hanyalah raja Ternate yang justru memakai  gelar Sultan sedang yang lainnya digelari raja. Situasi politik didaerah Maluku ketika kedatangan Islam berbeda di Jawa, mereka tidak menghadapi kekacauan politik yang disebakan perebutan kekuasaan dikalangan keluarga penguasa-penguasanya. Kalimantan Timur Kedatangan orang-orang Muslim kedaerah Kalimatan Timur diketahui dari hikayat Kutai tidaklah mengambarkan adanya perebutan kekuasaan dikalangan keluarga raja-raja Kutai. Kerajaan Kutai sebelum kedatangan Islam ialah bercorak Hindu sedang dipedalaman terdapat beberapa suku yang masih berkepercayaan kepada aninisme dan aminesme. Dikatakan bahwa ketika Kutai masih diperintahkan raja mahkota datanglah dua orang mubalig yang bernama Tuan di Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Setelah berlomba kesaktian dan raja kalah maka mereka diterima dengan baik dan diperkenankan mengajarkan Islam.[] Kalimantan Selatan Berbeda dengan Kalimantan Timur, Islam masuk ke Kalimantan Selatan ketika terjadi perpecahan dalam Kerajaan Nagara Dipa, Daha dan Kuripan. Sumber yang menjelaskan awal penerimaan Islam didaerah ini adalah Kronik Banjar atau Hikayat Banjar. Saat Islam masuk Nagara Daha diperintah oleh Maharaja Sukarama, setelah ia meninggal digantikan oleh Pangeran Tumenggung dan beberapa tahun kemudian terjadi perebutan kekuasaan atau tahta dengan Raden Samudra, cucu Maharaj Sukarama yang lebih berhak atas tahta kerajaan. Raden Samudra kemudian diangkat menjadi rajandi Kerajaan Banjar yang didirikan di daerah pantai dan berperang dengan Nagara Daha dihulu sungai. Dalam peperangan ini Raja Samudra meminta bantuan Demak. Setelah berhasil mengalahkan Pangeran Tumenggung, Raden Samudra kemudian memeluk Islam sebagai realisasi perjanjiannya dengan Demak. Raden Samudra mengganti namanya menjadi Sultan Suryanullah.[] Sulawesi Selatan Kedatangan para pedagan muslim ke Sulawesi Selatan mungkin sudah ada sejak abad ke-15-16 M dan mungkin berasal dari Malaka, Samutra dan Jawa. Tom Pires mernceritakan bahwa di Sulawesi terdapat lebih kurang 50 buah kerajaan yang raja dan rakyatnya masih menganut berhala. Secara resmi agama Islam dianut di Sulawesi selatan oleh raja Gua dan talo pada tanggal 22 september 1605 M. kemudian ke daerah Bone, Waje, Sopeng dan lainnya, islam disebarkan dari pusat kerajaan Gowa.[] BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari uraian tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa kedatangan Islam ke-beberapa daerah di kepulauan Indonesia menghadapi situasi politik daerahnya yang berbeda-beda yaitu ada yang sedang mengalami perebutan kekuasaan politik  ada yang tidak. Ada daerah yang stuktur birokrasinya bercorak kerajaan Indonesia Hindu Budha dan ada pula yang merupakan suku-suku yang dipimpin kepala suku atau sesepuh. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kedatangan Islam dan penyebarannya di berbagai daerah Nusantara ialah dengan cara damai, melalui perdagangan dan dakwah yang dilakukan oleh para mubalig-mubalig atau orang-orang Muslim. Kemudian jika didapati daerah penyebaran Islam situasi politik di kerajaan-kerajaan itu mengalami kelemahan dan kekacauan di sebabkan perebutan kekuasaan di kalangan para raja maka agama Islam dijadikan politik bagi golongan bangsawan atau raja-raja yang menghendaki kekuasaan. Mereka berhubungan dengan para pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karna penguasaan pelayaran dilautan dan perdagangan. Dan apabila telah terwujud kerajaan Islam maka berulah mereka melancarkan perang terhadap kerajaan yang bukan Islam. Hal itu bukan hanya karena tujuan agamanya tetapi karena dorongan politik untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya misalnya Gowa melakukan penyerangan terhadap kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, Demak, dan Banten melakukan penyerangan terhadap kerajaan-kerajaan di Jawa Hindu. SARAN DAFTAR PUSTAKA Tjandrasasmita, Uka, 2009.Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia dari Abad XII sampai XVIII M,Jakarta : Cinta Ilmu, x Paeni, Mukhlis. 2009.Sejarah Kebudayaan Islam Religi dan Falsafah, Jakarta: Rajawali Pers, Nur Huda, Islam Nusantara (Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia), Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Notosusanto, Nugroho1992.Sejarah nasional Indonesia jilid III, Jakarta: Balai Pustaka. Anonim.2014.Sejarah penyebaran Islam di Nusantara. http://www.pusatmakalah.com/2/ sejarah-penyebaran-islam-di.html. 12.02 [diunduh pada 04 sebtember 2017 pukul 14:48] Dr. Marzuki,.2012.pembelajaran pendidikan agama islam bab 5 trikh dan kebudayaaan islam. http://www.penaraka.comawal-masuknya-islam-ke-indonesia.html. [di unduh pada 05 september 2017 pukul 14:18] Permana, rahayu. 2013. Sejerah masuknya islam ke indonesia. http://andinurdiansah.blogspot.com/pertemuan-islam-dan-budaya-nusantara.html. [di unduh pada 04 september 2017]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Psikologi Perkembangan Masa Pranatal

Makalah Maf'ul Mutlaq dan Ma'ul Ajalah

Daftar isi