BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki penampakan fisik (fenotip) yang dikendalikan oleh rangkaian perintah kimia. Di dalam setiap sel makhluk hidup, terdapat sebuah inti yang emuat serangkaian kimia, DNA. Setiap sel pada satu makhluk hidup, memiliki salinan DNA yang sama. Jadi pada hamster A, sel mata memiliki salinan DNA yang sama persis dengan DNA sel kaki, sel telinga, sel rambut dan lain sebagainya. Namu demikian, DNA inilah yang juga memberi perintah kepada sel-sel tersebut untuk berkembang menjadi sel-sel yang spesifik, baik menjadi sel mata, sel kaki, sel bulu, atau sel lainnya. DNA pada setiap makhluk hidup disimpan dalam satu wadah yang disebut dengan kromosom. Tiap kromosom menyimpan DNA yang mempunyai tugas khusus untuk mengatur bentuk fisik tubuh. Jumlah kromosom pada tiap spesies berbeda. Oleh sebab itu, tidak semua makhluk hidup bisa melakukan perkawaninan antar spesies, karena tiap kromosom dari sperma harus mendapat pasangan kromosom lain dari sel telur. Walaupun jumlah kromosom sama, belum tentu perkawinan berhasil. Ibarat kunci dan gembok, pasangan kromosom dari sperma dan sel telur harus identik. Kunci berbentuk bulat tidak dapat dimasukkan ke lubang gembok yang berbentuk pipih. Inilah mengapa perkawinan antar spesies yang memiliki kromosom sama belum tentu berhasil. Walaupun berhasil, biasanya akan menghasilkan mutasi yang menyebabkan cacat pada keturunan atau kematian pada induk. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dikaji tentang genetika, baik gen letal, dominan, maupun resesif. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan gen? Apa yang dimaskud dengan gen dominan dan resesif? Apa yang dimaksud dengan gen letal? Apa yang dimaksud dengan gen letal dominan dan resesif? Tujuan Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gen. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gen dominan dan resesif. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gen letal. Untuk mengetahu apa yang dimaksud dengan gen letal dominan dan resesif. Manfaat Hasil penulisan ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain sebagai berikut: Bagi pembaca, memberikan sumbangan pemikiran tentang genetika. Bagi penulis, dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan mengenai gen letal, dominan, dan resesif. BAB II PEMBAHASAN Gen Istilah gen dikemukakan pertama kali oleh W. Johannsen pada tahun 1909. Gen adalah unit instruksi untuk menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat hereditas tertentu. Gen terdiri dari DNA yang diselubungi dan diikat oleh protein. Secara kimia, dapat dikatakan bahwa unit informasi genetik adalah DNA itu sendiri. (Aryulina dkk: 2011). Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan ayah merupakan tautan genetik kita dengan orang tua, dan gen-gen lah yang menyebabkan kemiripan keluarga seperti warna mata atau bintik-bintik yang mirip. Gen-gen kita memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita berkembang dari sel yang terfertilisasi menjadi dewasa. Informasi yang terwariskan diterukan dalam bentuk sekuens spesifik nukleotida DNA dari setiap gen, mirip seperti informasi tercetak yang disampaikan dalam bentuk urutan-urutan huruf bermakna. Pada kedua kasus, bahasa bersifat simbolik. Seperti otak anda yang menerjemahkan kata apel menjadi citra mental dari buah tersebut, sel-sel menerjemahkan gen menjadi bintik-bintik dari ciri-ciri lain. Sebagian besar gen memprogram sel agar menyintesis enzim-enzim spesifik dan berbagai protein lain, dengan kerja kumulatif yang menghasilkan sifat-sifat terwariskan dari suatu organisme. Pemrograman sifat-sifat ini dalam bentuk DNA merupakan salah satu tema pemersatu biologi (Campbell: 2010). Letak suatu gen pada kromosom disebut lokus. Lokus pada kromosom dianalogikakan seperti manik-manik yang berjejer lurus pada seuntai benang. Kromsom sel diploid selalu berpasangan (memiliki kroosom homolog), sehingga setiap sel diploid memiliki dua lokus untuk setiap karakter sifat herediternya. Simbol gen untuk setiap garis pendek adalah huruf latin kecil atau besar. Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil, sebaliknya, simbol gen yang menunjukkan karakter dominan ditulis dengan huruf besar (Aryulina dkk: 2009). Pewarisan sifat-sfat herediter memiliki basisi molekular pada replikasi DNA secara tepat, yang menghasilkan salinan gen-gen yang dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Pada hewan dan tumbuhan, sel-sel reproduksi yang disebut gamet merupakan wahana yang meneruskan gen dari satu generaasi ke generasi berikutnya. Selama fertilisasi, gamet jantan dan betina (sperma dan sel telur) bergabung, sehingga meneruskan gen-gen dari kedua induk ke anaknya. Gen Dominan dan Resesif Gen Dominan Gen dominan adalah gen kuat yang dapat menutupi atau mengalahkan sifat yang dibawa oleh gen alel-nya yang normal ataupun yang resesif. Gen dominan akan tetap dominan dan akan tetap menunjukkan sifat yang dibawanya jika berpasangan dengan gen normal. Gen dominan disimbolkan dengan huruf besar. Kelainan genetik yang disebabkan oleh gen dominan tidak ada istilah karier yang ada adalah istilah letal. Pada kasus tertentu, gen dominan yang homozigot akan bersifat letal. Contoh gen dominan yang bersifat gen letal adalah kasus penyakit thallasemia. Thallasemia merupakan kelainan genetika dimana tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin secara normal. Gen Resesif Gen resesif adalah gen yang lemah yang tidak dapat menunjukkan sifat yang dibawanya jika berpasangan dengan alel yang bersifat dominan ataupun normal. Gen resesif hanya bisa menunjukkan sifat yang dibawanya jika berpasangan dengan gen resesif yang lain. Gen resesif disimbolkan dengan huruf kecil. Gen normal yang berpasangn dengan gen resesif disebut karier. Contoh gen resesif yang dapat menyebabkan penyakit atau kelainan genetik jika berpasangan dengan gen resesif lain adalah gen resesif pembawa sifat buta warna. Gen Letal Gen letal merupakan gen yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang memilikinya. Kematian terjadi pada individu tersebut karena tugas gen aslinya adalah untuk menumbuhkan karakter atau bagian tubuh yang sangat penting. Adanya gen letal akan membuat pertumbuhan karakter atau bagian tubuh vital terganggu dan dapat menyebabkan kematian individu. Kematian karena gen letal dapat terjadi pada stadium embrio awal atau sampai beberapa waktu setelah dilahirkan. Gen subletal (hanya mempengaruhi sebagian populasi, mungkin tertaut kelamin, seperti hemofilia) merupakan alel yang menyebabkan kematian pada saat anak berumur beberapa tahun atau saat menjelang dewasa. Gen letal terjadi pada keadaan homozigot, jika gen dalam keadaan heterozigot biasanya mengakibatkan subletal atau hidup sehat sampai dewasa. Gen letal dibedakan menjadi gen letal resesif dan gen letal dominan. Gen Letal Dominan dan Gen Letal Resesif Gen Letal Dominan Gen letal dominan adalah gen yang bersifat letal jika gen dominan muncul. Hal ini berarti individu homozigot dominan dan heterozigot jarang ditemukan dalam populasi dibandingkan dengan gen letal resesif. Namun, organisme dengan gen letal dominan masih dapat bertahan karena biasanya gen tersebut menunjukan ekspresinya dengan lambat, dan memiliki kesempatan menurunkan gen tersebut ke generasi selanjutnya. Ayam redep Pada ayam, gen Rr dalam keadaan heterozigot akan menyebabkan fenotipe berupa redep. Ayam tersebut sering mempunyai kaki dan sayap yang pendek dan tidak berfungsi oleh karena itu disebut ayam redep (dalam bahasa Inggris disebut Creeper). Meskipun ayam ini nampak biasa, tetapi ia sesungguhnya menderita penyakit keturunan yang disebut achondroplasia. Ayam homozigot RR tidak pernah dikenal, sebab sudah mati waktu embrio. Banyak kelainan terdapat pada ayam ini, seperti kepala yang rusak, rangka yang tidak mengalami penulangan, mata kecil dan rusak. Perkawinan antara dua ayam redep menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 ayam redep : 1 ayam normal. (Gb. 1) Brakhifalangi Pada manusia dikenal brakhifalangi, ialah keadaan bahwa orang yang berjari pendek, disebabkan karen tulang-tulang jari pendek dan tumbuh menjadi satu. Cacat ini disebabkan oleh gen dominan B dan merupakan cacat keturunan. Penderita brakhifalangi adalah heterozigot Bb, sedang orang berjari normal adalah homozigot bb. Jika gen dominan homozigotik (BB) akan memperlihatkan sifat letal. Jika ada dua orang brakhifalangi kawin, maka anak-anaknya kemungkinan memperlihatkan perbandingan 2 brakhifalangi : 1 normal. Pada Tikus Kuning Pada tikus dikenal gen letal dominan letal Y (dari kata bahasa Inggris: Yellow) yang dalam keadaan heterozigotik menyebabkan kulit tikus berpigmen kuning. Tikus homozigot YY tidak dikenal, sebab letal. Tikus homozigot yy normal dan berpigmen kelabu. Perkawinan dua tikus kuning (Gb. 3) akan menghasilakn anak dengan perbandingan 2 tikus kuning : 1 tikus kelabu (normal). Dari ketiga contoh dimuka dapat dilihat bahwa gen dominan letal baru akan nampak pengaruhnya letal apabila homozigotik. Dalam keadaan heterozigotik gen dominan letal itu tidak mengakibatkan kematian, namun biasanya menimbulkan cacat. Gen Letal Resesif Gen letal resesif adalah gen yang dalam keadaan homozigot resesif dapat menyebabkan kematian. Individu yang memiliki gen dalam keadaan heterozigot dapat hidup normal dan tidak memperlihatkan kelainan. Contoh gen letal resesif adalah : Pada Jagung( Zea mays) Dikenal gen dominan G yang bila homozigotik menyebabkan tanaman dapat membentuk klorofil (zat hijau daun) secara normal, sehingga daun berwarna hijau benar. Alel nya resesif g bila homozigotik (gg) akan memperlihatkan pengaruhnya letal, sebab klorofil tidak akan terbentuk ssama sekali pada daun lembaga, sehingga kecambah akan segera mati (daunnya putih). Tanaman heterozigot Gg akan mempunyai daun hijau kekuningan, tetapi dapat hidup terus sampai menghasilkan buah dan biji, jadi tergolong normal. Jika dua tanaman daunnya hijau kekuningan dikawinkan, maka keturunannya akan memperlihatkan perbandingan 1 daun hijau normal: 2 berdaun hijau kekuningan. Akan tetapi bagaimanapun juga keturunannya akan normal semua. (Gb. 4) Pada Manusia dikenal penyakit Ichtyosis congenita Gen letal resesif i yang bila homozigotik akan memperlihatkan pengaruhnya letal, yaitu timbulnya penyakit Ichtyosis congenita. Kulit menjadi kering dan bertanduk. Pada permukaan tubuh terdapat bendar-bendar berdarah. Biasanya bayi telah mati dalam kandungan. Orang homozigot II dan heterozigot Ii adalah normal. Karena itu perkawinan dua orang heterozigot mempunyai kemungkinan memiliki anak hidup yang semuanya normal. (Gb. 5) Pada Sapi Pada sapi dikenal gen letal resesif am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan pengaruhnya letal. Anak sapi yang lahir tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun anak sapi ini hidup tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong sebagai letal. Sapi homozigot dominan AmAm dan heterozigot Amam adalah normal. Cara menurunnya gen letal resesif ini sama seperti pada contoh di muka. Andaikan ada sapi jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina homozigot dominan AmAm, maka anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot Amam (Gb. 6). Jika di kemudian hari anak-anak sapi inidibiarkan kawin secara acakan (random), bagaimanakah kemungkinan sapi-sapi F2? (Suryo: 1984) P ♀ AmAm x ♂ Amam Normal normal Gamet ♀: Am Gamet ♂: Am am F1 AmAm = Normal Amam = Normal Macam perkawinan Banyaknya perkawinan F2 AmAm Amam amam ♂ AmAm x ♀ AmAm ♂ AmAm x ♀ Amam ♂ Amam x ♀ AmAm ♂ Amam x ♀ Amam ¼ ½ ¼ Jumlah = ¼ = 4/16 ¼ = 4/16 1/16 - ¼ = 4/16 1/8 = 2/16 - - 1/16 9/16 6/16 1/16 Letal BAB III PENUTUP KESIMPULAN Gen adalah substansi hereditas yang terletak didalam kromosom. Gen mempunyai sifat sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom, yang mengandng informasi genetika juga dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel. Gen dominan adalah gen yang kuat yang dapat menutupi atau mengalahkan sifat yang dibawa oleh gen alelnya yang normal ataupun resesif. Gen resesif adalah gen yang lemah yang tidak dapat menunjukan sifat yang dibawanya, jika berpasangan dengan alel yang bersifat dominan ataupun normal. Gen letal adalah gen kematian yang apabila dlam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematain individu yang memilikinya. Ada gen yang bersifat dominan dan ada yang bersifat resesif. Gen letal dominan adalah gen yang bersifat letal jika gen dominan muncul. Hal ini berarti individu homozigot dominan dan heterozigot jarang ditemukan dalam populasi dibandingkan dengan gen letal resesif. Gen letal resesif adalah gen yang dalam keadaan homozigot resesif dapat menyebabkan kematian. Saran Dari makalah yang penulis buat, penulis menyarankan kepada pembaca agar mencari informasi dan referensi lebih lanjut tentang materi ini, karena makalah yang penulis buat hanya terbatas pada study pendahuluan. DAFTAR PUSTAKA Ambarita, Labudi Pertama. 2015. Pengendalian Nyamuk Vektor Menggunakan Teknik Serangga Mandul(TSM). Sumatra: Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Batu Raja Aryulina, Diah, dkk.2011. Biology for Senior High School. Jakarta: Erlangga Noval, Sintasasika. 2010. Rangkuman biologi SMA. Jakarta: Gagas Media Reece. 2010. Campbell Jilid 1. Jakarta: Erlangga Suryo. 1984. Genetika. Jogjakarta: UGM Press Suwarno, Agung, dkk. 2013. Respon Pertumbuhan Planlet Anggrek Phalaeonopsis amabilis L. var. Jawa Candiochid Akibat Radiasi Sinar Gamma. Semarang: UNNES. Wijayanto, Dwi Agus, dkk. 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jember: Universitas Jember

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Psikologi Perkembangan Masa Pranatal

Makalah Maf'ul Mutlaq dan Ma'ul Ajalah

Daftar isi